Oleh-oleh Khas Yogyakarta
Oleh Berliansari
Awal mula saya mengisi waktu dengan kuliah gratis di Fakultas Peternakan UGM ‘Halal Class’ secara cuma-cuma dan gratis, yang diberikan oleh salah seorang dosen. Kemudian ada pelatihan pembuatan keju, di luar acara tersebut. Saya mengikuti pelatihan pembuatan keju di awal tahun 2018. Koperasi Rojokoyo Gadjahmada Mandiri, sudah terbentuk dan kemudian berkembang usaha di luar koperasi menjadi Rumah Produksi Keju. Aneka keju dihasilkan beraneka macam, mulai dari cream cheese, cedar (keju yang keras), mozzarella, haloumi, ricotta, kemudian limbah pembuatan kejupun dikembangkan dan diolah menjadi kerupuk whey/kerupuk keju. Semua berawal di tahun 2019, rumah keju resmi berdiri. Di pertengahan tahun karena kesibukan secara pribadi turun, saya mencoba memanfaatkan event-event untuk membantu promosi atau pemasaran. Pembuatan kerupukpun telah mengalami trial dan error untuk tebal tipisnya produk, dan tetap renyah jika digoreng. Muncullah ide untuk repacking terhadap produk, mulailah dari kerupuk keju. Meski masih mengalami perkembangan dalam memacking produk tetapi produksi terus berjalan terus.
Keunikan, khas, inilah yang menjadi ciri produk itu. Kelompok orang di dalam Rumah Keju yang berjumlah 30 orang dengan iuran pokok 100 ribu, serta iuran sukarela juga simpanan wajib dan simpanan sukarela dari anggota. Berhasil mengumpulkan dana untuk operasional usaha pengolahan keju dan kerupuk keju. Ada customer langganan yang menampung hasil produksi keju dari Rumah Keju, mereka yakni rumah makan Calzone, RnB Grill, dan sebuah hotel yang meski pandemi tetap menerima dan membeli produk dari Rumah Keju Yogya.
Cita-cita tetap ada, progress ke depannya juga sudah menjadi impian kami. Menjadikan Yogya sebagai kota keju adalah mimpi dari semua peserta diklat, terutama warga Yogya yang berdomisili di kota yang terkenal akan gudeg serta bakpia ini. Produk kemudian di eksport ke luar negeri bisa juga menjadi mimpi yang entah kapan akan bisa diwujudkan. Bahkan beberapa dari pengurus inti Rumah Keju, mengikuti seleksi kursus gratis yang diadakan oleh negara Australia bekerja sama dengan Indonesia mengenai food and beverage, meski belum diketahui hasilnya. Saya pribadi hanya sederhana saja yakni kerupuk keju terutama bisa ada serta mudah didapat di setiap toko oleh-oleh di Yogya, tersedia dalam bentuk matang maupun mentah, dengan packingan yang cantik serta harga yang terjangkau, sehingga omzet penjualan meningkat, kesejahteraan di dapat. Meski semua berproses, mengingat semua dilakukan berkelompok, jadi yang memiliki pemikiranpun kelompok dan disetujui oleh anggota kelompok juga.
Mengingat legalitas sebuah produk, khususnya produk makanan atau pangan, tidak diperoleh secara cuma-cuma. Baru saja pemerintah menggratiskan pegajuan untuk label Halal MUI. Setelah sebelumnya, pemerintah mengenakan tarif untuk mendapatkannya, dan label Halal MUI juga harus diperbaharui setidaknya tiap 3 atau 5 tahun sekali. Jika terdaftar tahun ini masih dikenakan tarif, maka tahun depan sudah tidak ada lagi tarif harga yang dikeluarkan untuk label Halal MUI. Untuk izin yang lain seperti dari Balai POM (Pengawasan Obat dan Makanan), dikenakan tarif yang tidak murah. Kami membutuhkan dana untuk itu, jadi tetap usaha berproduksi agar memperoleh keuntungan yang akan dipergunakan meengkapi syarat legalitas sebuah produk makanan. Masalah HAKI atau Hak Kekayaan Intelektual termasuk produk dari Rumah Keju, juga mendapat perhatian yang serius dari kami semua. Meski hal ini sering terlupakan. Namun tetap akan kami daftarkan juga disamping legaitas produk.
Untuk produk yang akan dieksportpun harus memiliki izin tersendiri. Suatu hari nanti, mungkin 5 tahun ke depan, diharapkan produk keju terutama kerupuk keju bisa diikutkan dalam berbagai pameran di luar negeri. Jikalau secara perorangan tidak bisa mewakili karena masalah akomodasi, minimal produk bisa dititipkan untuk ikut pameran. Jadi produk bisa dikenal oleh orang-orang manca negara, menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan potensi untuk dikembangkan.
*****
@Berliansari